mencari setitik cahaya

Kamis, 13 Januari 2011

" penantian ....

Lelah hati menunggu 

tuk dapatkan RASA yang telah ragu

terdengar suara sang waktu

memanggil sesuatu yang tak tentu


berjalan RAGA seperti benalu
paksakan diri hingga tlah layu
diam sendiri layaknya batu
berjalanpun seakan sudah tak mampu

ingin akhiri diri dari waktu
yang telah pergi dan berlalu
hanya diam RAGA yang telah beku
memandang RASA yang ditunggu

Jumat, 12 Maret 2010

"jauh dari hati "

Jurang pisahkan hati

Akhiri masa lalu jauhkan raga

Namun rasa inginkan mimpi

Elakkan jiwa sadarkan rasa

Lupakan masa yang telah lampau

Apabila rasa tak dapat pungkiri

Namamu terngiang disetiap waktu

Galau kan rasa akan dirimu

Elok indah parasmu

Lupakan kata yang keluar dari mulutku

Oleh waktu dimana iingat dirimu

" kita dalam kebohongan "

Dusta dan kebohongan ...
Hanya kiasan ungkapkan mimpi
Untuk pungkiri isi dihati
Penuhi hari dengan sendiri

Rasa yang kini sepi
Suatu asa akan ingkari
Sampai kapan kita akan pergi
Tak akan pernah dapat lalui

Suara hati dapat satukan kita
Walau banyak halang melintang
Logika bersama untuk cinta
Makna akhiri semua rasa

Kita ...
Hanyalah kebohongan yang tersisa
Cinta ...
Hanyalah kedustaan yang tercipta

Berangkat dari kebohongan
Penuhi rasa dengan kata dusta
Bersama hanya sesaat ...
Untuk penuhi mimpi yang tersirat

Bersama untuk pengertian
Bila hati yang dapat ungkapkan
Hanya rasa akan satukan
Akan cinta pahami angan

" angan "

Mata hati pancarkan rasa
Seakan datang penuh dengan raga
Lenyapkan asa jauh dari angan
Enggan ntuk diam tentramkan jiwa
Engkau pergi tinggalkan raga
Alunan musik temani dirimu

Dari hati mimpikan rasa
Angan pun hilang dari mimpiku
Hanya diam aku terpaku
Lupakan air mata basahi pipiku
Ingat masa bersama ragamu
Angan beri kebahagiaan untuk dirimu

Lagu sedih hantarkan dirimu
Iringi langkah akan kepergianmu
Namun hati tak dapat pungkiri
Untuk hadirnya yang telah pergi
Waktu temani langkahku
Ingatkan aku akan rinduku
Hingga akhir hanyat akan menjemputku

Minggu, 24 Januari 2010

" ... yang terlupakan "

Dulu engkau datang padaku
Penuh dengan harapan rasa
Beri aku kebahagiaan semu
Hiasi hari penuh dengan kata

Hari-hari lupakan waktu
Temani kamu dalam masaku
Engkau datang penuhi hati
Tanpa ada yang tersakiti

Engkau ada temani rasa
Hingga jiwapun lupakan raga
Engkau lenyap entah kemana
Hanya bias yang tak pernah ada


Resah hati ...
Resah jiwa ...
resah raga ...
akan kepergiaanmu

Sakit rasa ...
Sakit jiwa ...
Sakit raga ...
temani mimpi tanpa angan

Perjalanan yang terhenti.....(2)

sendiri melalui jalan aspal berlobang untuk dapatkan ungkapan rasa.
meniti panasnya gumpalan hitam tempat ku melangkah untuk capai segala anganku.
ditemani teriknya sang penguasa cahaya bumi yang hanguskan setiap sendi-sendi ragaku, aku tetap berjalan mengarungi rasa yang entah dimana ujungnya.
peluhku keluar pelan dibelahan pipiku bagaikan anak sungai kering yang jauh dari induknya.
aku tetap membawa ragaku mencari tujuan dari mimpiku.
tanpa kusadari setelah berjalan, kulewati berbagai pernak pernik indahnya hidup, pedihnya manusia berlalu lalang mencari apa yang akan mereka gapai.
kuterdiam disudut kota yang berpenghuni sambil merebahkan ragaku duduk beralaskan selokan berbau kotoran sampah yang menyengat hidungku. mencoba meredakan tarikan nafasku yang berat setelah kuberjalan waktu yang lalu.
kupejamkan mata melihat kunang-kunang yang berterbangan dikelopak mataku, seakan aku terbang diantara bintang-bintang dilangit yang terang benderang menerangi hidupku.
tersentak ku bangun dari lamunan mimpiku, ketika seorang sosok nenek yang memintaku untuk memberikan sekeping uang logam buat ia makan, karna sejak pagi ia (nenek) belum merasakan sesuap nasipun masuk kedalam kerongkongan mulutnya. ku masukkan tangan kecilku kedalam saku celana usangku dan mengambil sekeping keberuntungan sisa terakhir yang ku punya. kuberikan keping keberuntunganku dan ia bergegas pergi meninggalkan aku yang duduk di tepi jalan tanpa ada yang menemani.
kuberdiri dari keterpurukan dan berlalu mengikuti langkah kakiku yang memiliki mimpi untuk masa depanku.
kuberjalan dan terus berjalan hingga usia menggerogoti akan raga
.....................


by Andre Gozhonk

Kamis, 21 Januari 2010

" telepon dari ENGKAU..."




Kriiing...kriing...kriing...
Suara yang bermuara dari sudut ruangan, berdering terus menerus membuat gendang telinga risih untuk cepat menggapai sesuatu benda modern yang menyatukan antara mulut bauku dengan indra pendengaranku.
” hallo...selamat mejelang pagi (pukul 01.00) ” kataku sopan, ”hallo...hallo...” kataku lagi berulang kali, tapi ternyata hanya kebisuan yang aku dengarkan, keheningan yang aku rasakan. Kututup gagang alat itu, dan kududuk merebahkan ragaku disofa empuk made italia yang halus dan membuat nyaman ragaku tepat disamping benda yang ganggu tidurku.
Ku pejamkan kedua mataku untuk melanjutkan mimpi indah yang hiasi jiwaku. Hanya detikan waktu yang terus berputar hiasi telingaku dan keheningan dalam kehampaan ruangan ini. Aku lelap dan terlelap...

Kriing...kriing...kriing...
Suara itu lagi tergiang ditelingaku, bergegas aku memegang benda itu dan menempelkan didaun telinggaku, ”hallo...selamat menjelang pagi (pukul 01.15” kataku dengan nada pelan dengan mata masih tertutup yang terbawa hawa kantukku. ”hallo...hallo...” lagi-lagi hanya kebisuan yang ku dengar. Kebisuan yang terlekat ditelingaku membuat ku terbangun dan meletakkan kembali benda modern itu. Ku berdiri dan berjalan menuju ruangan yang terletak didekat tempat ku tertidur. Ku membuka sebuah lemari berhawa dingin hingga tembus dikulit ariku yang tipis. Kuambil benda kaca yang serupa dengan dot bayi punya adikku. Ku teguk isi yang ada dibenda itu, hingga dahaga ku hilang terbawa aliran yang masuk didalam jiwaku.

Kriiing...Kriiing...Kriiing....
Untuk ketiga kalinya benda itu berdering dan membuatku untuk bergegas mendekati benda modern ciptaan Alexander Graham Bell insan tua yang telah hiasi bumi dengan karyanya. ”Hallo...selamat menjelang pagi (pukul 01.35)” kataku dengan nada yang tetap sopan, santun aku menunggu jawab dari penelpon yang hanya diam membisu dalam keheningan. ”hallo...ini siapa” kataku, ”dengan siapa ya...” lanjutku, tapi apa yang ku dapat, tidak ada jawaban dari kebisuan ini. Kututup kembali gagang benda modern itu, dan dalam hati aku bertanya ”siapa yang iseng dihari baru ini ?”, ”siapa ngerjain aku dengan suara bising itu ?”, ”apa tidak ada kerjaan ya...? sipenelepon itu”. Sambil kulanjutkan lagi satukan jiwa dan ragaku dalam keheningan mimpi.

Kriing...kriing...kriing... (pukul 02.35)
Sayup kudengar suara itu memanggilku. Ku acuhkan saja suara bising itu berteriak ditelingaku dan memenuhi ruangan ini. Walau suara itu mengganggu mimpi yang bergelut dalam jiwa dan ragaku. Aku tetap pejamkan mataku walau penuh dengan paksaan, hingga keningku bagaikan ombak dilautan yang diterpa badai.


Kriiing...Kriiing...Kriiing...
Suara itu datang lagi, setelah sekian lama tak menghampiri tidurku. Ku terbangun dan jalan tertatih menuju ke benda yang menyatukan mulut dan telingaku. Kuangkat dan kutempelkan ditelingaku, ”hallo... selamat pagi (pukul 04.00)” Kataku sabar. ”hallo...hallo...” mulai kesal, ”Wahai engkau yang disana, kalau tidak niat bicara tidak usah engkau mengganggu tidurku dengan suara bising...” kataku penuh dengan emosi. Seakan aku ingin memakan benda yang kepegang dengan kata-kata yang kasar penuh dengan kemurkaan. Ku letakkan kembali gagang benda itu pada tempatnya dengan membanting hingga terdengar suara keras bagaikan gemuruh dipagi hari.

Kriing...Kriing...Kriing...
Untuk sekian kali dengan waktu yang berdekatan, suara itu menggangguku. Belum sempat kuletakkan ragaku disofa mahal itu, aku begegas menggapai benda modern itu. ”hei...siapa pun kamu, aku tidak peduli...apa kamu bisu...?” kataku keras sambil berteriak. ”Jangan ganggu aku lagi...PAHAM...”lanjutku.
” Selamat pagi, kenapa engkau marah pada KU...” katanya, suara yang pertama kali keluar dari kebisuan. ”apakah AKU tidak boleh menyapamu setiap waktu..” lanjutnya. Aku hanya diam terpaku mendengarkan pertanyaan dari kebisuan. Jantungku seperti tak berdetak, berhenti seketika bagaikan jiwaku sudah mati terlepas dari ragaku.
” engkau selalu memohon kepada KU, disaat engkau penuh dengan cobaan dan kesedihan. Tapi disaat engkau penuh dengan kegembiraan dan ketenangan hati, engkau lupakan AKU ” lanjut suara yang keluar dari kebisingan. Dan Dia menutup semua pembicaraan ini dengan kata terakhir ” AKU mengampuni engkau”.
Aku masih terdiam, bagaikan terpaku di sepotong kayu dan mulutku terikat oleh kain usang yang membungkam suaraku. Seakan aku ingin berteriak, namun hanya air mata yang mengalir disela-sela pipiku dan penyesalan yang mengganggu jiwa dan hatiku. Hanya satu kata yang dapat terucap dari angganku ;

” Kapan aku dapatkan lagi TELEPON dari MU ...”

by Andre Gozhonk